Unknown



Bismillaahirrahmaanirrahiim,,,,

Kenapa kita harus bersedih hati berkepanjangan?
Ketika sesuatu yang sudah ada di tangan terlepas dari genggaman kita? Bukankah ALLAH sedang menguji kadar keikhlasan kita?

Kenapa kita harus larut dalam kekecewaan yang teramat dalam?
Ketika sebuah keinginan tak kunjung menjadi kenyataan?
Bukankah ALLAH sedang menguji sebatas mana kesabaran kita?

Kenapa kita harus terus menerus menangis dan meratap?
Ketika sebuah kebahagiaan yang kita miliki hancur begitu saja karena pengkhianatan?
Bukankah ALLAH sedang ingin menguji seberapa besar kadar ketawakalan kita kepada_NYA ?

Dan ketika ujian serta cobaan datang silih berganti.
Kenapa kita harus berputus asa?
Bukankah ALLAH tidak akan menguji hamba-hamba_NYA dengan suatu ujian di luar batas kemampuannya?

( La Yukallifullahu Nafsan Illa Wus'aha )

"ALLAH tidak akan membebani seseorang (hamba_NYA) melainkan sesuai dengan kemampuannya." [Al-Baqarah : 286]

Ketika kita bisa menerima apapun yang menjadi ketetapan_NYA dengan hati penuh kelapangan dan keikhlasan,
Maka yakinlah hidup kita akan jauh lebih indah.
Hatipun akan semakin dekat dengan ketenteraman.

Haruskah kita mengeluh

“Sesunguhnya mansuia itu diciptakan dalam keadaan berkeluh kesah lagi kikir” (Qs. Al-ma’arij:19).

Keluh kesah adalah ekspresi jiwa yang sehat manakala berhadapan dengan masalah hidup. Rahasia orang sukses dalam membunuh keluh kesahnya, "ia berbicara dengan dengan dirinya, berkata dengan hatinya, lalu dengan itu ia mengendalikan jiwanya."

Ada yang mengatakan kalau kesah itu potret ketidakdewasaan. Sebab keluh kesah memberi ruang pelampiasan psikologis sesaat atas segala macam kekesalan. Keluh kesah bisa berupa ungkapan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan yang dikecewakan ataupun berupa kegelisahan dan kegundahan hati.

Kegelisahan negative justru berakumulasi pada prilaku tidak manusiawi. Saat kesal, marah menyebabkan prilaku tidak terhormat keluar berbagai kamus kebencian dan kata-kata kotor mereferensikan pribadinya yang temperamen dan arogan. Itulah kekecewaan yang terus bergumul, keluh kesah yang berlapis tanpa ada keberanian untuk menyelesaikan dengan bijak.

Ada beberapa kriteria yang sering dikeluhkan oleh manusia manapun dengan masalah yang sebenarnya sangat sederhana yang tak seharusnya dikeluhkan.

1. Merasa paling menderita.

Mungkin perasan ini sering menimpa semua orang kala kita menderita, terluka dan dikecewakan oleh seseorang atau orang yang kita cintai ataupun orang yang menjadi atasan kita, termasuk musibah. Sehingga punya persepsi ”aku orang yang paling menderita didunia ini.

Ukuran materi untuk kebahagiaan dan jenjang karier dan studi untuk kesuksesan inilah yang membebani hidup kita, padahal kalau berpikir jauh ternyata tidak sepenuhnya benar ada sisi lain yang terkadang kita lupakan yaitu rasa bersyukur dengan hal-hal yang tidak pernah dihitung dengan matematika dbadningkan dengan pedneritaan orang-orang dibawah kita. ”Lihatlah orang yang (penderitaanya) berada dibawahmu, jangan kamu lihat orang yang ada ditasmu, karena hal itu akan encegah dari prilaku menghinakan nimat Allah” (HR.Muslim : 2963)

2. Tidak mau melakukan perubahan dan tidak berusaha mencari jalan keluar

Berbahagia dengan penderitaan sampai lupa untuk mengeserkan hidupnya dari kesulitan, pasrah nrimo dengan penderitaan, mungkin sudah takdir. Itu sikap kedua kalau kita berhadapan dengan penderitaan yang berat dan sulit dipecahkan. Padahal bisa saja apa yang terjadi sebenarnya berasal dari kesalahan manusia itu sendiri. Buang kemalasan, kesedihan dan merasa gagal untuk segera bangkit. Kesedihan hilang kalau kita berani melupakannya, begitu juga merasa manusia yang paling gagal akan hilang manakala kita menyadari kalau kita belum maksimal bekerja. Semua tdiak cukup hanya mengkalkulasi kegagalan dan kesedihan dan do’a-doa semata tapi harus bangkit, ”La Tahzan- jangan sedih”, begitu Syaikh Aidh Alqorni dalam sebuah bukunya.
Begitu juga sahabat Umar bin Khotob pernah singgah disebuah mesjid, dimana didapati seorang lelaki yang berdo’a dengan husyu. Usal berdoa, umar menghampirinya dan bertanya, ”Apa yang sedang anda lakukan?””Memohon kepada Allah?”Ujar lelaki itu. ”Memohon apa?”, tanya umar. ”Memohon rizki,”jawabnya singkat. Mendengar itu Umar bangkit dan berkata, ”sesunguhnya langit tidak akan menghujankan emas, tidak juga perak”. Dari cerita itu ada istilah tepat untuk mengatakan kepada orang yang seang memelihara ekmalasannya kecuali seabagi sutu kejahatan yang besar, karena telah berani emncekik leher sendiri dengan mau melakukan apa-apa lagi.

3. Selalu yakin akan gagal, sehingga kerja tidak maksimal.

Komitmen mamang istlah yang mudah dicatat tapi sulit untu dilakukan bagi manusia lemah tekadnya. Tekad, kerja keras atau komitmen akan membangun optimisme untuk menghadapi kegagalan. Ingat apa yang kita lakukan selalu ada satu titik hikmah didaalamnya. Rosulullah mengungkapkan, ”Pesimisme adalah prilaku buruk” (HR. Ahmad). Beliau juga menegaskan lagi ”Tidak ada ramalan buruk (thiyarah), yang terabik adalah adalah optimisme (Fa’i) yaitu perkataan baik (HR. Bukhori)

4. Sering ”ngambek” pada orang lain karena merasa orang lain lebih beruntung dari dirinya.

Mungkin kita pernah merasa cemburu melihat teman kuliah, rekan kerja ataupun mantan anak buah kita yang dulu merasa segalanya berada dibawah kita ternyata sekarang menjadi orang sukses, ”kenapa kita tidak bisa?” Pertanyaan itu sering diungkapkan ketika kita merasa frustasi dengan pekerjaan sekarang. Padahal itu realita, kalau dibalik pertemuan hidup selalu ada orang yang paling sukses, paling cantik dan paling kaya itu realita yang bukan sebah impian, tapi sisi lain kita punya potensi dan kelebihan yang belum diketahui oleh kita sendiri. Artinya kita punya kelebihan karena orang lain punya kekurangan. Jadi kenapa kita sibuk membandingkan pribadi kita dengan orang lain, sementara kita terus bermimpi dalam tidur, bukan bermimpi dalam aktiftas sehari-hari yang sebenarnya masih banyak yang bisa kita capai, tinggal kita mau mengolah dan menggali potensi dan peluang diri dan hadapi semua ancaman dari diri kita yang selalu menghantui setiap langkah kita. Cemburu positif bisa memotivasi hidup kita jauh lebih berarti.

5. Tidak pandai bersyukur.

Kita tidak pernah bersyukur kalau semua peluang sudah diberikan Allah, Cuma kita jarang menyimpan kebaikan itu yang terlihat hanya sisi gelap dan kekurangan yang membuat kita mengumpat dan menyalahkan Allah. Padahal ada ruang kosong yang belum di lakukan yaitu patut kita bersyukur. Hati kita sering berkeluh kesah bukti bahwa kita belum memahami anugrah yang telah dinikmati dan dihabiskan selama ini.

Padahal ”Sesunguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan(Al-Insyirah:6), begitu Allah menyadarkan kita.

Berkeluh kesah, apapun alasannya tidak dibenarkan sebab keluh kesah tidak menambahkan pada sebab masalah, kecuali masalah yang lebih dahsyat yaitu kematian hati.kemana kita mengeluh dan mengadu, nabi yaqub As berdo’a yang diabadikan dalam Al-qur’an, ”Sesunguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya”(QS.Yusuf:86). Wallahu’alam bishowab.
1 Response
  1. Unknown Says:

    siip banget oftimis trus jgn pernah berputus asa maju trus pantang mundur yakin klo niat kita baik allah pasti bantu


Posting Komentar