Unknown


sungguh beruntung bagi siapapun yang mampu menata qolbunya menjadi bening, jernih, bersih, dan selamat. Sungguh berbahagia dan mengesankan bagi siapapun sekiranya memiliki qolbu yang tertata, terpelihara, dan terawat dengan sebaik baiknya. Karena selain senantiasa merasakan kelapangan, ketenangan, ketenteraman, kesejukan, dan indahnya hidup di dunia ini, pancaran kebeningan hati pun akan tersemburat pula dari indahnya setiap aktivitas yang dilakukan.

Betapa tidak, orang yang hatinya tertata dengan baik, wajahnya akan jauh lebih jernih. Bagai embun menggelayut di ujung dedaunan di pagi hari yang cerah lalu terpancari sejuknya sinar mentari pagi; jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Tidak berlebihan jika setiap orang akan merasa nikmat menatap pemilik wajah yang cerah, ceria, penuh sungging senyuman tulus seperti ini.

Begitu pula ketika berkata, kata-katanya akan bersih dari melukai, jauh dari kata-kata yang menyombongkan diri, terlebih lagi ia terpelihara dari kata-kata riya, subhanallah. Setiap butir kata yang keluar dari lisannya yang telah tertata dengan baik ini, akan terasa sarat dengan hikmah, sarat dengan makna, dan sarat akan mamfaat. Tutur katanya bernas dan berharga. Inilah buah dari gelegak keinginan di lubuk hatinya yang paling dalam untuk senantiasa membahagiakan orang lain.

Kesehatan tubuh pun terpancari pula oleh kebeningan hati, buah dari kemampuannya menata qolbu. Detak jantung menjadi terpelihara, tekanan darah terjaga, ketegangan berkurang,dan kondisi diri yang senantiasa diliputi kedamaian. Tak berlebihan jika tubuh pun menjadi lebih sehat, lebih segar, dan lebih fit. Tentu saja tubuh yang sehat dan segar seperti ini akan jauh lebih memungkinkan untuk berbuat banyak kepada umat.

Orang yang bening hati, akal pikirannya pun akan jauh lebih jernih. Baginya tidak ada waktu untuk berpikir jelek sedetik pun jua. Apalagi berpikir untuk menzhalimi orang lain, sama sekali tidak terlintas dibenaknya. Waktu baginya sangat berharga. Mana mungkin sesuatu yang berharga digunakan untuk hal-hal yang tidak berharga? Sungguh suatu kebodohan yang tidak terkira. Karenanya dalam menjalani setiap detik yang dilaluinya ia pusatkan segala kemampuannya untuk menyelesaikan setiap tugas hidupnya. Tak berlebihan jika orang yang berbening hati seperti ini akan lebih mudah memahami setiap permasalahan, lebih mudah menyerap aneka ilmu pengetahuan, dan lebih cerdas dalam melakukan beragam kreativitas pemikiran. Subhanallah, bening hati ternyata telah membuahkan aneka solusi optimal dari kemampuan akal pikirannya.

Walhasil, orang yang telah tertata hatinya adalah orang yang telah berhasil merintis tapak demi tapak jalan ke arah kebaikan tidak mengherankan ketika ia menjalin hubungan dengan sesama manusia pun menjadi sesuatu yang teramat mengesankan. Hatinya yang bersih membuat terpancar darinya akhlak yang indah mempesona, rendah hati, dan penuh dengan kesantunan. Siapapun yang berjumpa akan merasa kesan yang mendalam, siapapun yang bertemu akan memperoleh aneka mamfaat kebaikan, bahkan ketika berpisah sekalipun, orang seperti ini menjadi buah kenangan yang tak mudah dilupakan.

Dan, Subhanallah, lebih dari semua itu, kebeningan hatipun ternyata dapat membuat hubungan dengan Allah menjadi luar biasa mamfaatnya. Dengan berbekal keyakinan yang mendalam, mengingat dan menyebut-Nya setiap saat, meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya, membuat hatinya menjadi tenang dan tenteram. Konsekuensinya, dia pun menjadi lebih akrab dengan Allah, ibadahnya lebih terasa nikmat dan lezat. Begitu pula do’a- do’anya menjadi luar biasa mustajabnya. Mustajabnya do’a tentu akan menjadi solusibagi persoalan-persoalan hidup yang dihadapinya. Dan yang paling luar biasa adalah karunia perjumpaan dengan Allah Azza wa Jalla di akhirat kelak, Allahu Akbar.

Pendek kata orang yang bersih hati itu, luar biasa nikmatnya, luar biasa bahagianya, dan luar biasa mulianya. Tidak hanya di dunia ini, tapi juga di akhirat kelak. Tidak rindukah kita memiliki hati yang bersih?

Silahkan bandingkan dengan orang yang berperilaku sebaliknya; berhati busuk, semrawut, dan kusut masai. Wajahnya bermuram durja, kusam, dan senantiasa tampak resah dan gelisah. Kata-katanya bengis, kasar, dan ketus. Hatinya pun senantiasa dikotori buruk sangka, dendam kesumat, licik, tak mau kompromi, mudah tersinggung, tidak senang melihat orang lain bahagia, kikir, dan lain-lain penyakit hati yang terus menerus menumpuk, hingga sulit untuk dihilangkan. Tak berlebihan bila perilakunya pun menjadi hina dan nista, jauh dari perilaku terhormat, lebih dari itu, badannya pun menjadi mudah terserang penyakit. Penyakit buah dari kebusukan hati, buah dari ketegangan jiwa, dan buah dari letihnya pikiran diterpa aneka rona masalah kehidupan. Selain itu, akal pikirannya pun menjadi sempit dan bahkan lebih banyak berpikir tentang kezhaliman.

Oleh karenanya, bagi orang yang busuk hati sama sekali tidak ada waktu untuk bertambah ilmu. Segenap waktunya habis hanya digunakan untuk memuntahkan ketidaksukaannya kepada orang lain. Tidak mengherankan bila hubungan dengan Allah SWT pun menjadi hancur berantakan, ibadah tidak lagi menjadi nikmat dan bahkan menjadi rusak dan kering. Lebih rugi lagi, ia menjadi jauh dari rahmat Allah. Akibatnya pun jelas, do’a menjadi tidak ijabah (terkabul), dan aneka masalah pun segera datang menghampiri, naudzubillaah (kita berlindung kepada Allah).

Ternyata hanya kerugian dan kerugian saja yang didapati orang berhati busuk. Betapa malangnya. Pantaslah Allah SWT dalam hal ini telah mengingatkan kita dalam sebuah Firman-Nya :

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."(Q.S. Asy-Syam [91] : 9 – 10).

Ingatlah sahbatku, hidup hanya satu kali dan siapa tahu tidak lama lagi kita akan mati. Marilah kita bersama-sama bergabung dalam barisan orang-orang yang terus memperbaiki diri, dan mudah-mudahan kita menjadi contoh awal bagaimana menjadikan hidup indah dan prestatif dengan bening hati, Insya Allah..
Unknown


APA rahasia yang ada di balik penamaan surat al-Fatihah dengan nama as-Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang)? Pembahasan berikut ini akan menjelaskan kepada Anda sebagian di antara keajaiban angka tujuh yang terdapat dalam surat al-Fatihah.

Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman,

“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung.” (al-Hijr : 87)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

“Alhamdulillahi rabbil ‘alamin” (Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam) (surat al-Fatihah) adalah as-Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang di baca berulang-ulang) dan al-Quran yang Agung yang diberikan kepadaku.” (Hadits Riyawat al-Bukhari)

Keajaiban Pertama

Jumlah ayat dalam surat al-Fatihah ada tujuh ayat. Jumlah langit ada tujuh. Jumlah bumi ada tujuh. Jumlah hari dalam seminggu ada tujuh hari. Jumlah putaran yang dilakukan oleh seseorang yang melakukan thawaf mengelilingi ka’bah adalah tujuh putaran. Sa’i (berlari-lari kecil) antara Shafa dan Marwa dilakukan sebanyak tujuh kali. Melempar jumrah dilakukan oleh orang yang sedang melaksanakan ibadah haji sebanyak tujuh kali.

Anggota tubuh yang diperintahkan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk di tempelkan ke tanah ketika sujud ada tujuh anggota tubuh. Jumlah pintu jahannam ada tujuh buah. Kata “jahannam” disebutkan dalam al-Quran sebanyak 77 kali (77=7x11).

Keajaiban ke-2

Jumlah huruf hijahiyah yang ada dalam surat al-Fatihah ada 21 huruf (21=7x3). Huruf tersebut adalah:

ا Øš ت Ø­ د Ø° رس ص ض Ø· ع غ ق ك ل م ن و ه ي

Keajaiban ke-3

Jumlah huruf yang terputus-putus yang ada dalam al-Quran ada 14 huruf (14=7x2). Huruf huruf itu termasuk dalam huruf-huruf yang ada dalam surat al-Fatihah. Huruf-huruf tersebut adalah :

ا ل م ن ه ك س ي ع ص ر ق ح ط

Keajaiban ke-4

Jumlah huruf dari kalimat الله yaitu ا, ل, dan ه yang ada dalam surat al-Fatihah ada 49 huruf (49=7x7)

Keajaiban ke-5

Huruf yang terputus-putus yang pertama kali disebutkan dalam al-Quran adalah firman Allah الم yang merupakan ayat pertama dalam surat al-Baqarah. Jika kita menghitung jumlah ketiga huruf tersebut (ا, ل, dan م) dalam surat al-Fatihah, akan kita dapati bahwa huruf ا ada 22 buah, huruf ل ada 22 buah dan huruf م ada 15 buah. Apabila kita menggandengkan jumlah ketiga huruf di atas maka akan terbentuk bilangan 222215 atau kalau kita membalik susunannya akan terbentuk bilangan 152222 dan 221522. Dan ajaibnya, ketiga bilangan tersebut merupakan kelipatan dari angka tujuh.

(222215=7x31745, 152222=21746, 221522=7x31646)

Fakta ke-6

Jumlah huruf yang berharakat syiddah ( ّ ) ada 14 huruf. (14=7x2)

Fakta ke-7

Urutan huruf hijaiyah dalam ayat pertama surat al-Fatihah berdasarkan jumlahnya secara berurutan dari yang terkecil ke yang terbesar adalah sebagai berikut :
Huruf هـ : 1 buah.
Huruf ي : 1 buah.
Huruf ن : 1 buah.
Huruf س : 1 buah.
Huruf Øš : 1 buah.
Huruf Ø­ : 2 buah.
Huruf ر : 2 buah.
Huruf ا : 3 buah.
Huruf م : 3 buah.
Huruf ل : 4 buah.

Jika kita menggandengkan angka-angka di atas akan terbentuk bilangan 1111122334. (1111122334=7x158731762)

Fakta ke-8

Urutan huruf hijaiyah dalam surat al-Fatihah berdasarkan jumlahnya secara berurutan dari yang terkecil ke yang terbesar adalah sebagai berikut :
Huruf Ø° : 1 buah.
Huruf ق : 1 buah.
Huruf ض : 2 buah.
Huruf غ : 2 buah.
Huruf Ø· : 2 buah.
Huruf ص : 2 buah.
Huruf ت : 3 buah.
Huruf ك : 3 buah.
Huruf س : 3 buah.
Huruf و : 4 buah.
Huruf د : 4 buah.
Huruf Øš : 4 buah.
Huruf Ø­ : 5 buah.
Huruf هـ : 5 buah.
Huruf ع : 6 buah.
Huruf ر : 8 buah.
Huruf ن : 11 buah.
Huruf ي : 14 buah.
Huruf م : 15 buah.
Huruf ل : 22 buah.
Huruf ا : 22 buah.

Jika kita menggandengkan angka-angka di atas akan terbentuk bilangan : 11222233344455681114152222.

(11222233344455681114152222 = 7 x 1603176192065097302021746)

Dan tentu ini bukanlah sebuah kebetulan...

***

Sumber: al-Mausu’ah adz-Dzahabiyyah fii I’jazil Qur’anil Karim was Sunnatin Nabawiyyah,
Karya : Dr. Ahmad Musthafa Mutawalli/alsofwah
Unknown




1. Belajar itu memahami bukan sekedar menghapal

Ya, fungsi utama kenapa kita harus belajar adalah memahami hal-hal baru. Kita boleh hapal 100% semua detail pelajaran, tapi yang lebih penting adalah apakah kita sudah mengerti betul dengan semua materi yang dihapal itu. Jadi sebelum menghapal, selalu usahakan untuk memahami dulu garis besar materi pelajaran.

2. Membaca adalah kunci belajar

Supaya kita bisa paham, minimal bacalah materi baru dua kali dalam sehari, yakni sebelum dan sesudah materi itu diterangkan oleh guru. Karena otak sudah mengolah materi tersebut sebanyak tiga kali jadi bisa dijamin bakal tersimpan cukup lama di otak kita.

3. Mencatat pokok-pokok pelajaran

Tinggalkan catatan pelajaran yang panjang. Ambil intisari atau kesimpulan dari setiap pelajaran yang sudah dibaca ulang. Kata-kata kunci inilah yang nanti berguna waktu kita mengulang pelajaran selama ujian.

4. Hapalkan kata-kata kunci

Kadang, mau tidak mau kita harus menghapal materi pelajaran yang lumayan banyak. Sebenarnya ini bisa disiasati. Buatlah kata-kata kunci dari setiap hapalan, supaya mudah diingat pada saat otak kita memanggilnya. Misal, kata kunci untuk nama-nama warna pelangi adalah MEJIKUHIBINIU, artinya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu.

5. Pilih waktu belajar yang tepat

Waktu belajar yang paling enak adalah pada saaat badan kita masih segar. Memang tidak semua orang punya waktu belajar enak yang sama lo. Tapi biasanya, pagi hari adalah waktu yang tepat untuk berkonsentrasi penuh. Gunakan saat ini untuk mengolah materi-materi baru. Sisa-sisa energi bisa digunakan untuk mengulang pelajaran dan mengerjakan pekerjaan rumah.

6. Bangun suasana belajar yang nyaman

Banyak hal yang bisa buat suasana belajar menjadi nyaman. Kita bisa pilih lagu yang sesuai dengan mood kita. Tempat belajar juga bisa kita sesuaikan. Kalau sedang bosan di kamar bisa di teras atau di perpustakaan. Kuncinya jangan sampai aktivitas belajar kita mengganggu dan terganggu oleh pihak lain.

7. Bentuk Kelompok Belajar

Kalau lagi bosan belajar sendiri, bisa belajar bareng dengan teman. Tidak usah banyak-banyak karena tidak bakal efektif, maksimal lima orang. Buat pembagian materi untuk dipelajari masing-masing orang. Kemudian setiap orang secara bergilir menerangkan materi yang dikuasainya itu ke seluruh anggota lainnya. Suasana belajar seperti ini biasanya seru dan kita dijamin bakalan susah untuk mengantuk.

8. Latih sendiri kemampuan kita

Sebenarnya kita bisa melatih sendiri kemampuan otak kita. Pada setiap akhir bab pelajaran, biasanya selalu diberikan soal-soal latihan. Tanpa perlu menunggu instruksi dari guru, coba jawab semua pertanyaan tersebut dan periksa sejauh mana kemampuan kita. Kalau materi jawaban tidak ada di buku, cobalah tanya ke guru.

9. Kembangkan materi yang sudah dipelajari

Kalau kita sudah mengulang materi dan menjawab semua soal latihan, jangan langsung tutup buku. Cobalah kita berpikir kritis ala ilmuwan. Buatlah beberapa pertanyaan yang belum disertakan dalam soal latihan. Minta tolong guru untuk menjawabnya. Kalau belum puas, cari jawabannya pada buku referensi lain atau internet. Cara ini mengajak kita untuk selalu berpikir ke depan dan kritis.

10. Sediakan waktu untuk istirahat

Belajar boleh kencang, tapi jangan lupa untuk istirahat. Kalau di kelas, setiap jeda pelajaran gunakan untuk melemaskan badan dan pikiran. Setiap 30-45 menit waktu belajar kita di rumah selalu selingi dengan istirahat. Kalau pikiran sudah suntuk, percuma saja memaksakan diri. Setelah istirahat, badan menjadi segar dan otak pun siap menerima materi baru
Unknown




1. Pandai Bersyukur

Kita harus sering melihat kondisi orang yang berada di bawah kita dan membatasi melihat oang-orang yang berada di atas kita. Kita akan merasa cukup walaupun hidup sederhana apa adanya. Apa yang kita dapat akan lebih bermakna dibandingkan orang yang memiliki segunung harta tetapi selalu merasa kurang.

2. Jangan terlalu Mengejar Cita-Cita Keduniawian

Menghabiskan sebagian besar waktu demi mencari materi akan membuat kita menyesal di kemudian hari. Gunakan sebagian waktu yang ada untuk beramal, beribadah, sedekah, membangun keluarga yang bahagia, memberi kontribusi bagi lingkungan sosial masyarakat, dan lain sebagainya.

3. Bantu Orang Lain & Selalu Berbuat Kebaikan Serta Amal Shaleh

Bangun suasana yang akrab dan kekeluargaan dengan saudara, tetangga dan orang-orang di lingkungan kita karena manusia adalah makhluk sosial. Lingkungan sosial yang baik akan membantu kita hidup saling tolong-menolong satu sama lain, bergotong-royong, musyawarah untuk mufakat, saling menjaga, dan lain sebagainya.

4. Manajemen Emosi

Jaga emosi dan nafsu kita karena mereka dapat menghancurkan kita dan meninggalkan kita dalam penderitaan. Latih nafsu dan emosi dengan puasa. Jangan mudah terpancing emosi. Jadilah orang yang baik dan hindari menjadi orang jahat/penjahat. Biarkan saja orang lain bilang apa/melakukan apa, karena dunia penuh dengan ujian dan persoalan.

5. Hidup Sederhana

Dengan hidup sederhana kita akan selalu merasa berkecukupan dan hidup tenang lahir batin. Hidup mewah dan gelamor butuh biaya yang tidak sedikit dan harus terus menjaga image dengan banyak daya upaya. Dengan hidup sederhana dan rendah diri kita tidak akan mudah stres. Fokuslah ke kekayaan non materi dan fisik (kecantikan/ketampanan) karena orang akan lebih menghargai kita jika kita punya banyak kemampuan yang tidak dimiliki orang lain tetapi kita tidak sombong.

Semoga dapat membantu kita semua hidup tenang dunia dan akhirat
Unknown



Bismillaahirrahmaanirrahiim,,,,

Kenapa kita harus bersedih hati berkepanjangan?
Ketika sesuatu yang sudah ada di tangan terlepas dari genggaman kita? Bukankah ALLAH sedang menguji kadar keikhlasan kita?

Kenapa kita harus larut dalam kekecewaan yang teramat dalam?
Ketika sebuah keinginan tak kunjung menjadi kenyataan?
Bukankah ALLAH sedang menguji sebatas mana kesabaran kita?

Kenapa kita harus terus menerus menangis dan meratap?
Ketika sebuah kebahagiaan yang kita miliki hancur begitu saja karena pengkhianatan?
Bukankah ALLAH sedang ingin menguji seberapa besar kadar ketawakalan kita kepada_NYA ?

Dan ketika ujian serta cobaan datang silih berganti.
Kenapa kita harus berputus asa?
Bukankah ALLAH tidak akan menguji hamba-hamba_NYA dengan suatu ujian di luar batas kemampuannya?

( La Yukallifullahu Nafsan Illa Wus'aha )

"ALLAH tidak akan membebani seseorang (hamba_NYA) melainkan sesuai dengan kemampuannya." [Al-Baqarah : 286]

Ketika kita bisa menerima apapun yang menjadi ketetapan_NYA dengan hati penuh kelapangan dan keikhlasan,
Maka yakinlah hidup kita akan jauh lebih indah.
Hatipun akan semakin dekat dengan ketenteraman.

Haruskah kita mengeluh

“Sesunguhnya mansuia itu diciptakan dalam keadaan berkeluh kesah lagi kikir” (Qs. Al-ma’arij:19).

Keluh kesah adalah ekspresi jiwa yang sehat manakala berhadapan dengan masalah hidup. Rahasia orang sukses dalam membunuh keluh kesahnya, "ia berbicara dengan dengan dirinya, berkata dengan hatinya, lalu dengan itu ia mengendalikan jiwanya."

Ada yang mengatakan kalau kesah itu potret ketidakdewasaan. Sebab keluh kesah memberi ruang pelampiasan psikologis sesaat atas segala macam kekesalan. Keluh kesah bisa berupa ungkapan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan yang dikecewakan ataupun berupa kegelisahan dan kegundahan hati.

Kegelisahan negative justru berakumulasi pada prilaku tidak manusiawi. Saat kesal, marah menyebabkan prilaku tidak terhormat keluar berbagai kamus kebencian dan kata-kata kotor mereferensikan pribadinya yang temperamen dan arogan. Itulah kekecewaan yang terus bergumul, keluh kesah yang berlapis tanpa ada keberanian untuk menyelesaikan dengan bijak.

Ada beberapa kriteria yang sering dikeluhkan oleh manusia manapun dengan masalah yang sebenarnya sangat sederhana yang tak seharusnya dikeluhkan.

1. Merasa paling menderita.

Mungkin perasan ini sering menimpa semua orang kala kita menderita, terluka dan dikecewakan oleh seseorang atau orang yang kita cintai ataupun orang yang menjadi atasan kita, termasuk musibah. Sehingga punya persepsi ”aku orang yang paling menderita didunia ini.

Ukuran materi untuk kebahagiaan dan jenjang karier dan studi untuk kesuksesan inilah yang membebani hidup kita, padahal kalau berpikir jauh ternyata tidak sepenuhnya benar ada sisi lain yang terkadang kita lupakan yaitu rasa bersyukur dengan hal-hal yang tidak pernah dihitung dengan matematika dbadningkan dengan pedneritaan orang-orang dibawah kita. ”Lihatlah orang yang (penderitaanya) berada dibawahmu, jangan kamu lihat orang yang ada ditasmu, karena hal itu akan encegah dari prilaku menghinakan nimat Allah” (HR.Muslim : 2963)

2. Tidak mau melakukan perubahan dan tidak berusaha mencari jalan keluar

Berbahagia dengan penderitaan sampai lupa untuk mengeserkan hidupnya dari kesulitan, pasrah nrimo dengan penderitaan, mungkin sudah takdir. Itu sikap kedua kalau kita berhadapan dengan penderitaan yang berat dan sulit dipecahkan. Padahal bisa saja apa yang terjadi sebenarnya berasal dari kesalahan manusia itu sendiri. Buang kemalasan, kesedihan dan merasa gagal untuk segera bangkit. Kesedihan hilang kalau kita berani melupakannya, begitu juga merasa manusia yang paling gagal akan hilang manakala kita menyadari kalau kita belum maksimal bekerja. Semua tdiak cukup hanya mengkalkulasi kegagalan dan kesedihan dan do’a-doa semata tapi harus bangkit, ”La Tahzan- jangan sedih”, begitu Syaikh Aidh Alqorni dalam sebuah bukunya.
Begitu juga sahabat Umar bin Khotob pernah singgah disebuah mesjid, dimana didapati seorang lelaki yang berdo’a dengan husyu. Usal berdoa, umar menghampirinya dan bertanya, ”Apa yang sedang anda lakukan?””Memohon kepada Allah?”Ujar lelaki itu. ”Memohon apa?”, tanya umar. ”Memohon rizki,”jawabnya singkat. Mendengar itu Umar bangkit dan berkata, ”sesunguhnya langit tidak akan menghujankan emas, tidak juga perak”. Dari cerita itu ada istilah tepat untuk mengatakan kepada orang yang seang memelihara ekmalasannya kecuali seabagi sutu kejahatan yang besar, karena telah berani emncekik leher sendiri dengan mau melakukan apa-apa lagi.

3. Selalu yakin akan gagal, sehingga kerja tidak maksimal.

Komitmen mamang istlah yang mudah dicatat tapi sulit untu dilakukan bagi manusia lemah tekadnya. Tekad, kerja keras atau komitmen akan membangun optimisme untuk menghadapi kegagalan. Ingat apa yang kita lakukan selalu ada satu titik hikmah didaalamnya. Rosulullah mengungkapkan, ”Pesimisme adalah prilaku buruk” (HR. Ahmad). Beliau juga menegaskan lagi ”Tidak ada ramalan buruk (thiyarah), yang terabik adalah adalah optimisme (Fa’i) yaitu perkataan baik (HR. Bukhori)

4. Sering ”ngambek” pada orang lain karena merasa orang lain lebih beruntung dari dirinya.

Mungkin kita pernah merasa cemburu melihat teman kuliah, rekan kerja ataupun mantan anak buah kita yang dulu merasa segalanya berada dibawah kita ternyata sekarang menjadi orang sukses, ”kenapa kita tidak bisa?” Pertanyaan itu sering diungkapkan ketika kita merasa frustasi dengan pekerjaan sekarang. Padahal itu realita, kalau dibalik pertemuan hidup selalu ada orang yang paling sukses, paling cantik dan paling kaya itu realita yang bukan sebah impian, tapi sisi lain kita punya potensi dan kelebihan yang belum diketahui oleh kita sendiri. Artinya kita punya kelebihan karena orang lain punya kekurangan. Jadi kenapa kita sibuk membandingkan pribadi kita dengan orang lain, sementara kita terus bermimpi dalam tidur, bukan bermimpi dalam aktiftas sehari-hari yang sebenarnya masih banyak yang bisa kita capai, tinggal kita mau mengolah dan menggali potensi dan peluang diri dan hadapi semua ancaman dari diri kita yang selalu menghantui setiap langkah kita. Cemburu positif bisa memotivasi hidup kita jauh lebih berarti.

5. Tidak pandai bersyukur.

Kita tidak pernah bersyukur kalau semua peluang sudah diberikan Allah, Cuma kita jarang menyimpan kebaikan itu yang terlihat hanya sisi gelap dan kekurangan yang membuat kita mengumpat dan menyalahkan Allah. Padahal ada ruang kosong yang belum di lakukan yaitu patut kita bersyukur. Hati kita sering berkeluh kesah bukti bahwa kita belum memahami anugrah yang telah dinikmati dan dihabiskan selama ini.

Padahal ”Sesunguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan(Al-Insyirah:6), begitu Allah menyadarkan kita.

Berkeluh kesah, apapun alasannya tidak dibenarkan sebab keluh kesah tidak menambahkan pada sebab masalah, kecuali masalah yang lebih dahsyat yaitu kematian hati.kemana kita mengeluh dan mengadu, nabi yaqub As berdo’a yang diabadikan dalam Al-qur’an, ”Sesunguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya”(QS.Yusuf:86). Wallahu’alam bishowab.